Seorang istri hendaknya menyadari bahwa suami adalah penyebab lahirnya keturunan. Anak adalah nikmat yang sangat agung. Seandainya laki-laki tidak memiliki kelebihan itu untuk disebutkan. "Sekalipun istri sengsara karena suaminya, sungguh suami telah membahagiakannya karena ia menjadi penyebab lahirnya keturunan. Karenanya, kelebihan ini saja sudahlah cukup menjadi kelebihan dan kenikmatan." (Wahyu al-Qalam, Ar-Rafi'i, 1/292).
KUFUR NIKMAT mengingkari keutamaan suami dan melupakan kebaikan-kebaikannya, bukanlah sifat istri yang beriman dan bijaksana. Ia malah menjauhkan dirinya dari keridhaan Allah subhanahu wa ta'ala. Agama Islam mencap istri yang mengingkari kelebihan dan kebaikan suami dengan sebutan "kufur nikmat." Sikap itu akan mengundang turunnya adzab yang sangat pedih dan menyebabkan dirinya masuk ke dalam neraka.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Saya melihat kebanyakan penghuni neraka adalah kaum wanita." Para sahabat bertanya, "Mengapa wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Mereka mengingkari keluarga dan kebaikan-kebaikan suami. Jika sekiranya engkau berbuat baik kepadanya, lalu ia melihat sedikit kekurangan darimu, maka ia berkata: 'Saya tidak melihat suatu kebaikan darimu sama sekali'." (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)
Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu meriwayatkan, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Allah tidak akan memandang istri dengan pandangan rahmat, yang tidak bersyukur kepada suaminya padahal istrinya butuh kepadanya." [HR. An-Nasai dalam al-Kubra no. 9135-9136, al-Baihaqi (7/294), dan al-Hakim (3/78). Al-Hakim berkata, "Sanadnya shahih." Al-Haitsami (2/309) berkata, "Al-Bazzar dan ath-Thabrani meriwayatkan dengan dua sanad. Pada salah satu sanad dari al-Bazzar semua perawinya shahih. Syaikh al-Albani menshahihkan hadits ini dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, no. 289]
Asma' al-Anshariyah meriwayatkan, melalui anaknya Yazid, "Suatu ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam lewat di depan saya. Ketika itu saya tengah bersama dengan wanita-wanita tetanggaku. Lalu Nabi memberi salam kepada kami dan berkata, "Hindarilah mengingkari kebaikan-kebaikan orang-orang yang memberi." Saya adalah orang yang berani menanyakan masalah itu kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam. Saya pun bertanya, "Wahai Rasulullah! Apakah yang dimaksud dengan mengingkari orang-orang yang memberikan nikmat?" Beliau menjawab, "Boleh jadi salah seorang di antara kalian begitu lama mendapatkan jodoh, kemudian Allah memberikan rizki untuknya suami dan anak-anak. Setelah itu ia mulai marah-marah dan mengingkari kebaikan suaminya seraya berkata, 'Saya tidak pernah melihat sedikit pun suatu kebaikan darimu'." [HR. Ahmad (6/457), al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad no. 148, at-Tirmidzi no. 2697 dan ia menghasankannya. Diriwayatkan juga oleh ath-Thabrani dalam al-Kabir (24/177), al-Humaidi dalam Musnad-nya (1/179). Syaikh al-Albani menshahihkan hadits ini dalam Shahih al-Adab al-Mufrad no. 800]
~Dinukil dari kitab Min Akhta'i az-Zaujat hal. 25-27 karya Muhammad bin Ibrahim al-Hamd~
Onde-onde Ketawa
7 years ago
0 comments:
Post a Comment